Sejarah Asy’Ariyah
Dalam perjalanan keyakinannya, Abu Hasan al-Asy’ary mengalami tiga periode keyakinan. Periode pertama, ia terpengaruh dengan pemikiran ayah tirinya, yaitu al-Juba’iy, seorang pembesar mu’tazilah. Peridoe kedua, ia mulai menetapkan dasar-dasar pemikirannya sendiri yang berbeda dengan mu’tazilah, pada fase ini, ia menetapkan dasar-dasar pemikiran madzhab Asy’ariyah.
Namun di penghujung hayatnya, beliau kembali ke ahlu sunnah waljama’ah. Salah satu bukti pertaubatannya adalah buku yang diberi judul, ‘al-Ibanah ‘an Ushul Ad-Diyanah,’. Buku yang tidak diakui oleh kalangan Asy’ari ini, meluruskan beberapa penyimpangan akidah Asy’ariyah. Terutama terkait dengan takwil asma dan shifat Allah swt.
Para ulama memasukkan Asy’ariyah sebagai ahlu kalam/mutakallim. Yaitu, kelompok yang menetapkan perkara-perkara agama -terutama perkara akidah- dengan dalil akal, mengabaikan al-Qur’an, As-Sunnah maupun atsar salaf, (Mauqiful mutakallimin minal istidlal, 1/24 & 31).
Tidak Diakui
Padahal jika menelusuri akidah Asy’ariyah, akan didapati beberapa perbedaan antara ahlu sunnah -salaf- dengan Asy’ariyah dalam perkara-perkara pokok. Oleh karena itu para ulama ahlu sunnah seringkali mengingatkan umat Islam dari bahaya Asy’ariyah dan meminta orang-orang Asy’ariyah bertaubat.
Selengkapnya baca An-Najah Edisi Maret 2013………
Sumber : http://www.an-najah.net/majalah/asyariyah-dan-perbedaannya-dengan-salaf/

Posting Komentar