with picasion
Latest Post

Kebijakan Haji & Islam Indonesia Dipengaruhi Snouck Hurgronje

Written By fulan bin fulan on Rabu, 13 November 2013 | 18.59


Penulis : Hanibal Wijayanta

Kebijakan Haji di Hindia Belanda

Selama beribadah haji, saya agak banyak merenung tentang perjalanan ummat Islam di Indonesia. Saya kemudian teringat bahwa dalam tesis saya, saya sempat mengulas tentang asal muasal kebijakan tentang Islam di Indonesia termasuk tentang ibadah Haji. Dari bahasan di beberapa buku, saya mendapati bahwa ternyata kebijakan tentang Islam dan ummat Islam di Indonesia semua bermula dari sejak jaman Hindia Belanda. Dari pembahasan itu saya pun meyakini bahwa sedikit banyak kebijakan yang dibuat pemerintah Hindia Belanda itu masih tetap berlangsung hingga saat ini, di masa reformasi ini, dengan berbagai modifikasi dan penyesuaian tentunya. Berikut saya cuplikkan enam halaman dari tesis saya...

==========

Penerapan kebijakan Politik Etis dalam bidang pendidikan dengan keluarnya Undang-undang Pendidikan tahun 1871, membawa babakan baru dalam perlakuan pemerintah kolonial Hindia-Belanda terhadap Islam dan ummat Islam di Nusantara.  
Babakan baru ini berada di bawah pengaruh seorang Orientalis terkemuka pada masa itu, Dr.  Christian Snouck Hurgronje
Babakan baru ini berada di bawah pengaruh seorang Orientalis terkemuka pada masa itu, Dr.  Christian Snouck Hurgronje,[1] yang menjadi peletak dasarnya.  Snouck Hurgronje datang ke Hindia-Belanda pada tahun 1889.  Pada tahun yang sama, Snouck Hurgronje ditunjuk sebagai penasehat pada Kantor Urusan Orang Pribumi dan Arab (Kantoor voor Inlandsche Zaken). Kantor yang menurut Karel C. Steenbrink kemudian menjelma menjadi Shumubu di jaman Jepang, dan juga menjadi cikal-bakal Departemen Agama Indonesia ini pun didirikan atas usul dan usaha Snouck Hurgronje.[2]

Berkat pengalamannya di Timur Tengah dan menyelesaikan perang Aceh, Snouck Hurgronje, sarjana Sastra Semit yang mempunyai andil sangat besar dalam penyelesaian perang Aceh ini, kemudian berhasil menemukan suatu pola dasar bagi kebijaksanaan pemerintah Hindia-Belanda untuk menghadapi Islam di wilayah Hindia-Belanda.  Pola ini secara resmi tetap merupakan pedoman bagi pemerintah Hindia-Belanda, meskipun dalam tahun-tahun terakhir tidak seluruhnya bisa diterapkan.  Pola ini pula yang menjadi pedoman kerja bagi para Adviseur voor Inlandsche Zaken berikutnya, terutama untuk melaksanakan tugasnya sebagai seorang penasehat bagi Gubernur Jenderal Hindia Belanda, tentang segala sesuatu mengenai pribumi.[3]

Dalam posisi sebagai seorang penasehat (adviseur) di Kantoor voor Inlandsche Zaken ini,Snouck Hurgronje mulai memperkenalkan sebuah pendekatan baru untuk menghadapi persoalan-persoalan Islam.  Sebelumnya, kebijaksanaan pemerintah Hindia-Belanda terhadap Islam hanyalah berdasarkan rasa takut dan tidak mau ikut campur.  Sebab, saat itu mereka belum banyak menguasai masalah tentang Islam.[4] Snouck Hurgronje kemudian menjelaskan tentang berbagai hal yang tidak diketahui, dan bahkan sangat ditakuti oleh pemerintah kolonial Hindia-Belanda selama ini.  Misalnya bahwa di dalam agama Islam tidak dikenal lapisan kependetaan semacam pendeta, atau bahkan Paus dalam agama Kristen; Kyai tidak apriori fanatik; Penghulu merupakan bawahan pemerintah pribumi, dan bukan atasannya; Ulama independen bukanlah komplotan jahat, sebab mereka hanya menginginkan ibadah haji; Pergi haji ke Mekah pun bukan berarti fanatik dan berjiwa pemberontak.[5] Sekalipun menegaskan bahwa pada hakikatnya orang Islam di Hindia-Belanda memiliki sifat damai, namun Snouck Hurgronje juga tidak menutup mata terhadap kemampuan politik fanatisme Islam.  Namun bagi Snouck Hurgronje, musuh kolonialisme bukanlah Islam sebagai agama, melainkan Islam sebagai doktrin politik.[6]

Sejak dibukanya Terusan Suez di Mesir pada tahun 1869, setiap tahun ribuan kaum muslimin Indonesia menunaikan ibadah haji ke Makkah.  Tidak sedikit dari mereka yang kemudian membawa “ajaran ortodoks” setelah naik haji, atau setelah sekian lama bermukim di tanah suci.  Ajaran ortodoks adalah sebutan pemerintah Belanda dan Kristen untuk ajaran-ajaran Islam yang menyangkut aqidah, yang dikembalikan kepada tuntunan Al Qur’an dan Hadits.  Maka, lambat laun ajaran ini menjadi semakin berkembang dan berhasil menggantikan kedudukan mistik dan sinkretisme yang selama ini telah menguasai Indonesia.  Tentu saja, pemerintah Belanda pun tidak melupakan kenyataan bahwa berbagai perlawanan ummat Islam di Hindia-Belanda memang banyak dimotori oleh para haji dan ulama.  Kenyataan ini menimbulkan banyak suara di kalangan pejabat pemerintah Hindia-Belanda yang menginginkan agar pemerintah melarang orang Islam berangkat ke Mekkah untuk melaksanakan ibadah haji.  Sebab, ibadah haji dinilai akan menyebabkan kaum pribumi menjadi fanatik.  Pemerintah Hindia-Belanda pun kemudian mengeluarkan bermacam-macam peraturan yang membatasi dan mempersulit pelaksanaan ibadah haji, sekalipun kemudian dicabut juga.[7]

Dalam situasi itulah, sebagai seorang jagoan Orientalis dan Islamolog, Snouck Hurgronje tampil untuk mendudukkan masalah tentang hubungan antara “ibadah haji” dan “fanatik” ini.  Menurut Snouck Hurgronje, “koloni Jawa” di luar negeri memang harus diawasi, dan ternyata kemudian –melalui Konsul Belanda di Jeddah— semua sepak terjang para mukimin itu diteliti.  Bahkan kemudian bukan hanya di Jeddah saja yang diawasi, tetapi juga di Kairo, di Kalkutta, dan di Singapura, Belanda memasang “radar” untuk mengawasi gerak-gerik kaum pribumi.  Sementara itu, salah satu cara untuk menjinakkan kaum pribumi dan menghadapi Islam adalah dengan mengangkat penghulu sebagai pegawai negeri, yang antara lain bertugas membantu Bupati dalam mengawasi ummat Islam. Sedangkan Gubernur Jenderal secara rahasia diinstruksikan oleh raja Belanda untuk mengambil tindakan yang diperlukan dalam rangka memelihara tugas pengawasan yang dilakukan oleh para bupati terhadap para ulama pribumi.[8]

Snouck Hurgronje lalu membedakan Islam dalam arti “ibadah”, dengan Islam sebagai “kekuatan sosial politik”.  Dalam hal ini, Snouck Hurgronje membagi masalah Islam atas tiga kategori, yakni: 1.  Bidang agama murni atau ibadah; 2.  Bidang sosial kemasyarakatan; 3.  Bidang politik; di mana masing-masing bidang menuntut alternatif pemecahan yang berbeda.  Resep inilah yang kemudian dikenal sebagai Islam Politiek,atau kebijakan pemerintah kolonial dalam menangani masalah Islam di Hindia-Belanda.[9]

Snouck Hurgronje kemudian memberikan berbagai saran kepada pemerintah kolonial Hindia-Belanda untuk menyelesaikan berbagai masalah yang menyangkut ketiga kategori di atas.  Dalam bidang agama murni, atau ibadah, pemerintah kolonial Hindia-Belanda disarankan untuk bersikap netral dan memberikan kemerdekaan kepada ummat Islam untuk melaksanakan perintah agamanya, sepanjang tidak mengganggu kekuasaan pemerintah Belanda.[10] Khusus tentang masalah meningkatnya pelaksanaan ibadah haji, walaupun pemerintah kolonial Hindia-Belanda sangat takut akan dampak yang ditimbulkan oleh para haji yang memimpin berbagai pemberontakan di Nusantara dan terus mengawasi mereka, Snouck Hurgronje tetap memasukkan persoalan ibadah haji ke dalam kawasan netral, karena ibadah haji masih menyangkut urusan ibadah.  Pemberian kebebasan dalam pelaksanaan ibadah haji, menurut Snouck Hurgronje, “akan meyakinkan para ulama tentang niat baik pemerintah Belanda, dan akan menyadarkan pula bahwa mereka tidak perlu takut pada pemerintah kolonial, selama tidak mencampuri urusan politik.”[11]

Dalam bidang sosial kemasyarakatan, Snouck Hurgronje menyarankan agar pemerintah Hindia-Belanda memanfaatkan adat kebiasaan yang berlaku, dengan cara menggalakkan rakyat agar mendekati Belanda, dan bahkan membantu rakyat yang akan menempuh jalan tersebut.  Sementara itu, dalam bidang politik dan ketatanegaraan, Snouck Hurgronje telah memperingatkan pemerintah kolonial dengan keras, bahwa: pemerintah harus mencegah setiap usaha yang akan membawa rakyat kepada fanatisme dan Pan-Islam.[12]  “Karena itu, setiap ada tanda-tanda kemunculannya, haruslah secara tegas dihadapi dengan kekuatan, dan semua campur tangan yang datang dari luar negeri dalam perkara-perkara Islam haruslah dipatahkan sejak dari tunasnya”.[13]

Pergeseran dalam kebijakan kolonial terhadap Islam ini sesungguhnya merupakan langkah awal dalam visi Snouck Hurgronje, yang membayangkan terciptanya sebuah Hindia-Belanda yang ideal menurut penilaiannya, di masa depan.  Snouck Hurgronje percaya bahwa kepemimpinan masyarakat Hindia-Belanda di masa depan, tidak bisa bergantung pada kaum Muslim yang taat maupun pada para tetua adat.  Menurut pendapat Snouck Hurgronje, kaum Muslim yang taat tidak bisa terlalu diharapkan untuk bisa mengembangkan sebuah ikatan yang lestari antara Negeri Hindia dan Negeri Belanda. Sementara itu, para tetua adat yang telah lama menjadi penghadang terkuat untuk melawan Islam, juga dianggap terlalu konservatif untuk dapat diharapkan sebagai pengusung tujuan-tujuan jangka panjang pemerintahan kolonial Belanda.  Karena sebuah Hindia-Belanda yang modern tidak bisa dipimpin, baik oleh kaum Muslim yang taat maupun oleh para tetua adat, maka Snouck Hurgronje kemudian menyadari tentang pentingnya upaya menciptakan para elit Hindia baru, yang berorientasi Barat.[14]

Menurut pandangan Snouck Hurgronje, para elit Hindia baru yang berorientasi Barat inilah yang diharapkan bisa merawat masyarakat Hindia modern, seiring dengan garis-garis kebijakan ‘asosiasi’ (association policy).  ‘Asosiasi’ yang dimaksud oleh Snouck Hurgronje di sini ialah upaya untuk menciptakan ‘sebuah Negara Belanda Raya, yang terdiri atas dua wilayah yang terpisah secara geografis, namun merupakan bagian-bagian yang terkait secara spiritual, di mana yang satu berada di Eropa Barat-Utara, dan yang lain berada di Asia Tenggara’.[15]

Sejalan dengan kebijakan Politik Etis, Snouck Hurgronje juga memberikan rekomendasi yang senada, terutama tentang pendidikan, yakni agar Hindia-Belanda mencapai situasi yang dicita-citakannya.  Snouck Hurgronje memberikan rekomendasi kepada pemerintah kolonial Hindia-Belanda untuk mempromosikan organisasi pendidikan berskala-luas, dan menekankan tentang perlunya landasan nilai-nilai universal dan bersifat netral agama dalam pendidikan kaum pribumi, sehingga akan bisa ‘mengemansipasi’ elit baru yang akan muncul nanti.  Mengemansipasi’ dalam konteks ini mengandung arti menjauhkan elit baru dari ajaran Islam.  Dengan demikian, proses kelahiran kesadaran nasional Hindia-Belanda dipandu melalui kerjasama dengan, dan atas arahan, pihak Belanda, dan tidak diarahkan oleh gerakan Pan-Islamisme yang (dianggap) berbahaya secara politik.[16]

 ---

[1]          Dr.  Christian Snouck Hurgronje dilahirkan di Oosterhout, pada tanggal 8 Februari 1857, dan meninggal di Leiden, pada tanggal 26 Juni 1936, dalam usia 79 tahun.  Christian Snouck Hurgronje adalah anak keempat dari pasangan Pendeta J.J.  Snouck Hurgronje dan Anna Maria, puteri pendeta Ds.  Christian de Visser.  Perkawinan kedua orang tuanya didahului skandal hubungan gelap, yang menyebabkan pendeta itu kemudian dipecat dari gereja Herformd di Tholen, Zeeland pada 3 Mei 1849, ketika J.J Snouck Hurgronje telah memiliki enam orang anak.  C.  Snouck Hurgronje lahir jauh sebelum perkawinan resmi kedua orang tuanya pada tanggal 31 Januari 1855.  Setelah tamat sekolah menengah, pada usia 18 tahun, Snouck Hurgronje memulai kuliahnya di Universitas Leiden pada tahun 1875.  Awalnya ia mengambil kuliah di Fakultas Teologi, namun kemudian pindah ke Fakultas Sastra jurusan Arab.  Lima tahun kemudian, tahun 1880, Snouck Hurgronje berasil meraih gelar Doktor dengan predikat cum laude dengan disertasi Het Mekaansche Feest (Perayaan di Mekah).  Ia lalu mengajar di Pendidikan Khusus Calon Pegawai di Hindia-Belanda (Indologie), di Leiden.  Pada akhir tahun 1884, Snouck Hurgronje datang ke Jeddah dan tinggal di sana selama lima bulan, kemudian memasuki kota suci Makkah dan tinggal di sana selama tujuh bulam (Februari – Agustus 1885).  Kunjungan ini dilakukannya di luar musim haji sehingga leluasa menggunakan waktu sehari-hari untuk membicarakan masalah Islam dengan para ulama Makkah.  Snouck Hurgronje juga bermaksud melihat koleksi buku-buku dan naskah di sana, sekaligus meneliti situasi dan kondisi ‘warga Negara Belanda’ di kota suci Makkah.  Ternyata Snouck Hurgronje menemukan bahwa sesungguhnya Makkahlah letak jantung kehidupan Islam di Hindia Belanda, dan di sini pula urat nadi selalu memompakan darah segar yang tak terhitung berapa jumlahnya ke seluruh penduduk muslim di Hindia-Belanda.  Snouck Hurgronje bisa memasuki kota suci Makkah yang terlarang bagi orang-orang non muslim karena berpura-pura menjadi seorang muslim bernama Abdul Gaffar.  Sepulang dari Makkah, Snouck kembali mengajar di Universitas Leiden.  Pada tahun 1889 Snouck Hurgronje tiba di Hindia-Belanda dengan tugas meneliti masyarakat Aceh, dan kemudian menetap di Batavia untuk meneliti masalah Islam di Jawa.  Snouck Hurgronje lalu diangkat menjadi Penasehat Bahasa-bahasa Timur dan Hukum Islam.  Beberapa kali ia berangkat ke Aceh untuk memberikan saran-saran yang membantu Jenderal J.B.  Van Heutz menakhlukkan Aceh.  Pada 11 Januari 1889 Snouck Hurgronje diangkat menjadi Adviseur voor Inlandsche Zaken (penasehat Kantor Urusan Pribumi dan Arab).  Sebagai penasehat Gubernur Jenderal tentang kaum pribumi, dialah peletak dasar bagi kebijakan pemerintah kolonial Belanda tentang Islam.

Lihat dalam Aqib Suminto.  Politik Islam Hindia-Belanda.  LP3ES.  Jakarta.  1985.  hlm 115 – 125. 
[2]         Karel C.  Steenbrink.  Kawan dalam Pertikaian – Kaum Kolonial dan Islam di Indonesia.  (1596 – 1942).  Terjemahan.  Mizan.  Bandung.  1995.  hlm 88. 
[3]          Aqib Suminto.  Politik Islam Hindia-Belanda.  hlm 2. 
[4]          Aqib Suminto.  Politik Islam Hindia-Belanda.  hlm 2. 
[5]          Harry J.  Benda.  The Crescent and The Rising Sun: Indonesian Islam Under The Japanesse Occupation 1942 – 1945.  KITLV.  Den Haag.  Holland.  1958.  hlm 21.
[6]          Ibid.  hlm 22 - 23.
[7]          Aqib Suminto.  Politik Islam Hindia-Belanda.  hlm 3. 
[8]          Ibid.  hlm 3. 
[9]          Ibid.  hlm 12. 
[10]       Aqib Suminto.  Politik Islam Hindia-Belanda.  hlm 12. 
[11]       Harry J.  Benda.  The Crescent and The Rising Sun.  hlm 87.
[12]       Aqib Suminto.  Politik Islam Hindia-Belanda.  hlm 12. 
[13]       Harry J.  Benda.  The Crescent and The Rising Sun.  hlm 24.
[14]       Harry J.  Benda.  The Crescent and The Rising Sun.  hlm 25 - 27.
[15]       Karel C.  Steenbrink.  Kawan dalam Pertikaian – Kaum Kolonial dan Islam di Indonesia.  (1596 – 1942).  hlm 88. 
[16]       Karel C.  Steenbrink.  Kawan dalam Pertikaian – Kaum Kolonial dan Islam di Indonesia.  (1596 – 1942).  hlm 89.

SUMBER : (voa-islam.com)

Kami Memilih Untuk Melahirkan Secara Alami

Written By fulan bin fulan on Kamis, 24 Oktober 2013 | 22.42

Kami Memilih untuk Melahirkan Secara Alami Karena Kami Tahu Apa yang Sebenarnya Terjadi Di Rumah Sakit
Muslimahzone.com – Ada sebuah artikel yang cukup menggelitik. Artikel tersebut berjudul We Choose Natural Childbirth Because We Know What Goes On in the Hospital yang dibuat April 18th, 2011 yang lalu.
Artikel ini sangat pantas untuk kita renungi karena terkait dengan prosesi yang dialami oleh seluruh kaum ibu. Saat ini, dimana kapitalisme berwujud dalam industrialisasi kesehatan dan sistem rumah sakit, maka kita perlu berkata diri dan kembali kepada fitrah.
Berikut ini kami rangkumkan dan ulas untuk Anda dan mungkin ini bisa menjadi bahan perenungan kita bersama setidaknya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak.
Artikel ini bercerita tentang keadaan di Rumah Sakit di Amerika, tapi setelah saya membaca berulang-ulang tidak menutup kemungkinan juga ini terjadi de Negara kita, mengingat saat ini di Negara kita pun, apalagi di kota besar angka kejadian SC meningkat dari tahun ketahun. Teori yang menyatakan 90% wanita bersalin normal dan 10% bersalin patologis ternyata terbantahkan dengan keadaan dimana kondisi tersebut sudah terbalik, yaitu 90% pasien bersalin secara SC dan 10% bersalin secara normal. Sungguh ironis kan. Walaupun dari berbagai organisasi kesehatan mulai dari WHO, IDI, POGI, HOGSI sll sudah berupaya memberikan “warning” tapi tetap saja ada alasan pembenaran untuk semua tindakan SC yang dilakukan.
Di artikel ini dikatakan bahwa selama ini masyarakat tidak pernah diberikan informasi yang benar-benar benar atau informasi yang baik (apa adanya)tentang proses persalinan. Dan seringkali tindakan yang dilakukan RS dengan dalih untuk keselamatan dan kesejahteraan diri pasien dan bayinya sebenarnya hanya pemanis, artinya sebenarnya bukan itu tetapi sebenarnya ada unsure politik di dalamnya.
Dalam menawarkan sebuah pilihan dan pengambilan keputusan pun tanpa disadari seorang klien tidak bisa memilih dengan paling bijak karena secara tidak langsung berbagai pihak sebenarnya sudah mengkondisikan pasien tersebut untuk memilih pilihan yang dipilihkan oleh pihak RS. Jadi apa gunanya inform choice disini?
Beberapa fakta yang diungkapkan dalam artikel ini antara lain:
FAKTA # 1 – Persalinan direkayasa menjadi peristiwa Medis
Di Negara AS, persalinan diperlakukan seolah-olah sebuah peristiwa yang sangat darurat dan membutuhkan penanganan medis segera. (sepertinya ini juga tidak jauh beda terjadi di Negara kita ya?)
Dimana proses persalinan harus terjadi di rumah sakit dengan segala intervensi yang harus di berlakukan. Dengan dalih untuk meningkatkan keselamatan ibu dan bayi dan seolah-olah proses ini lebih baik dan lebih aman dibandingkan dengan bersalin secara alami. Padahal ternyata metode ini sangat mengganggu dan berbahaya. Lebih dari setengah dari wanita yang melahirkan di rumah sakit merasa dilecehkan, dianiaya dan trauma. Dan ini adalah sebuah kegagalan besar dari tubuh seorang wanita seutuhnya
*** Kami Memilih untuk Melahirkan secara alami karena ini tubuh kami, Bayi kami, Pengalaman kami dan Pilihan Kami***
FAKTA # 2 – “Perkosaan Kelahiran” adalah nyata dan ini sering sekali terjadi
Ternyata di Amerika pun ketika seseorang berbondong-bondong ke rumah sakit untuk melahirkan kemudian saat mereka keluar dari RS ternyata mereka benar-benar trauma dengan apa yang terjadi! Mereka mengatakan bahwa mereka dimanipulasi oleh sistem rumah sakit dan diintimidasi untuk menerima intervensi yang tidak perlu dan bahkan terpaksa harus SC tanpa alasan medis yang benar. Beberapa wanita memiliki pengalaman negatif yang luar biasa tentang persalinan. Banyak yang mengklaim penyalahgunaan dan beberapa bahkan mengatakan adanya”perkosaan” terutama jika mereka dilakukan intervensi tanpa persetujuan.
“Perkosaan” yang dimaksud dapat mencakup pemeriksaan dengan menggunakan speculums, episiotomy tanpa persetujuan (tau-tau maen di gunting aja), forcep, Vaccum, pemeriksaan dalam yang berulang, dan objek lain yang dimasukkan ke dalam vagina wanita atau yang diberi enema, IV, epidural, atau SC tanpa persetujuan mereka.
Mereka dipaksa, dimanipulasi atau tertipu dengan berbagai dalih atau mungkin dengan ancaman dan ditakut-takuti sehingga mereka taat dan manut saja mengikuti apa maunya rumah sakit. Beberapa pihak rumah sakit menyangkal adanya trauma kelahiran pada ibu atau percaya bahwa pasien hanya melebih-lebihkan, terutama karena kesalahan yang jarang dilaporkan.
*** Kami Memilih Untuk Melahirkan Secara Alami Karena Kami Tidak Akan Biarkan Diri Kita Dioperasikan Untukmendapatkan Keuntungan/Laba***
FAKTA # 3 – Meskipun Kualitas Pelayanan Buruk, Bisnis ini Booming & Keuntungan yang dihasilkan Melambung
Di dalam artikel ini mengungkapkan Salah satu operator rumah sakit terbesar di amerika yang disebut The HCA (Hospital Corporation of America) mengatakan bahwa keuntungan yang dihasilkan sangat banyak dan selalu meningkat sepanjang masa.
Dalam kasus HCA ini ternyata juga di teliti oleh oleh FBI, Internal Revenue Service dan Departemen Kesehatan dan Pelayanan dan akhirnya HCA juga mengakui melakukan kecurangan penagihan perawatan medis dan program kesehatan lainnya dengan menggembungkan keseriusan diagnosis, mengajukan laporan biaya palsu dan membayar suap para RS kecil lainnya dan ke dokter untuk merujuk pasien.
Sudah tidak lagi menjadi sebuah rahasia umum bahwa apabila seorang bidan praktek swasta merujuk pasiennya untuk melakukan SC di sebuah RS maka bidan tersebut akan mendapatkan “uang jasa”. RS-RS besar berlomba-lomba pada besaran atau jumlah “uang jasa” bagi bidan tersebut. Dan akhirnya sekarang ini di beberapa daerah mulai ada kerjasama antara bidan dan RS dimana apabila bidan tersebut merujuk pasiennya ke RS maka akan mendapatkan uang jasa dengan jumlah tertentu. Dan bahkan kadang uang jasanya lebih besar dari tarif persalinan normal apabila ditolong oleh bidan.
Fakta # 4 – Rumah Sakit lebih mengarah ke bisnis

Sudah bukan rahasia lagi bahwa bisnis dalam bidang kesehatan terutama persalinan adalah bisnis yang tidak bakalan mati. Karena setiap bulan bahkan setiap hari selalu saja ada yang menikah, hamil lalu bersalin inilah siklus kehidupan.
Dan di seluruh dunia, keuntungan yang dihasilkan dari operasi SC bisa dua kali bahkan lima kali lipat daripada bersalin secara normal. Setiap dokter yang menolong SC pasti mendapatkan jasa pelayanan dan bonus tambahan lebih banyak di banding bersalin normal. Dan di the HCA (Hospital Corporation of America) ini mereka memberikan bonus tambahan sampai US $ 750 kepada dokter tiap kali melakukan SC.
*** Kami Pilih Melahirkan Alami Tanpa Rasa Takut***
Melahirkan adalah hal yang paling alami di dunia. Ini adalah suatu peristiwa yang sangat besar! walaupun kedengarannya mustahil namun percayalah bahwa tubuh seorang wanita dirancang sedemikian sempurnanya oleh Allah untuk dapat melahirkan secara alami. Sama seperti Jantung yang tahu bagaimana dan kapan untuk memompa darah, sama seperti paru-paru yang tahu kapan dan bagaimana cara untuk menghirup oksigen, seperti tangan yang tahu kapan dia harus menariknya ketika tersulut Api.
”Kehamilan dan Kelahiran Bukanlah Kondisi yang Darurat. Jadi ikuti saja naluri dan irama tubuh Anda”.
Seorang bidan pengelola situs BidanKita.com bahkan mengatakan, “saat ini semakin banyak pihak tenaga kesehatan yang berfikir bahwa persalinan adalah peristiwa medis pathologis, telah terjadi pergeseran paradigma yang mana dahulu persalinan adalah peristiwa sakral dan terjadi di rumah tetapi sekarang dijadikan urusan publik dan dibawa ke arah publik. Banyak sekali intervensi yang dilakukan dalam persalinan. Dan lebih tragisnya lagi proses yang begitu sakral ini telah dijadikan ladang bisnis yang menjanjikan bagi sebagian oknum.”
Artikel di atas adalah salah satu artikel yang mungkin kejadiannya juga ada di negara kita. Namun tidak berarti semua RS seperti itu. dan tidak berarti semua RS adalah jelek. Semoga kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran dari artikel diatas. Mari kita renungkan bersama-sama!
Artikel terkait bisa diakses di : mynaturalchildbirth.org


Sumber : (muslimahzone.com)

Gagal Gembosi, Penganut Syiah Coba Ganggu Kajian di Jatiasih

Written By fulan bin fulan on Senin, 30 September 2013 | 00.04

Penyampaian materi oleh Ust. Farid Ahmad Okbah di Masjid Baiturrahman, Perum Sakura Regancy, Jati Asih, Bekasi

KIBLAT.NET, Bekasi – Ketegangan mewarnai kajian syiah di masjid Baiturrahman, perumahan Sakura Regency, Jatiasih, Bekasi, Ahad pagi kemaren (29/9). Seorang jama’ah yang hadir berusaha memprovokasi jama’ah lainnya untuk menolak semua yang disampaikan pemateri.
Awalnya, kajian yang menghadirkan pemateri Ust. Farid Ahmad Okbah, pakar Syiah dari Majelis Ulama Muda Indonesia (MIUMI), dan Abdus Shamad, relawan Hilal Ahmar Indonesia (HASI) untuk Suriah, tersebut berjalan seperti biasa. Pembicara pertama, Farid Ahmad Okbah, menyampaikan materinya dengan disambut antusias puluhan jama’ah dari Ikhwan dan Akhwat yang memenuhi masjid.
Setelah satu jam berlalu, tibalah sesi tanya jawab. Seorang Jama’ah yang belakangan diketahui warga komplek berdiri dan mengkritik isi makalah pemateri pertama yang dibagi-bagikan ke Jam’ah. “Setelah saya membaca makalah tiga lembar ini (sambil menunjukkan makalah tulisan ust. Farid), saya melihat tidak ada kebaikan sedikitpun yang disebutkan untuk Madzhab Syiah, makalah ini hanya memprovokasi masyarakat” katanya dengan nada keras dan menolak apa yang disampaikan Ust. Farid.
“Siapa yang memprovokasi?” tanya Ust. Farid menyela perkataan Jama’ah yang mengaku menjabat ketua RT tersebut. Kemudian, dengan menunjukkan sebuah makalah yang berjudul ‘Risalah Amman’, yang juga ia bagi-bagikan ke Jama’ah untuk menandingi apa yang disampaikan Ust. Farid, ia mengatakan, “Semua madzhab yang berjumlah delapan, termasuk di dalamnya Syiah, di dalam makalah ini disebutkan masih dalam katergori muslim” jawabnya dengan nada meninggi. “Jadi, Ustad memprovokasi masyarakat untuk berpecah belah” tambahnya lagi. Seketika, suasana tegang pun menyelimuti masjid yang berada tak jauh dari sungai tersebut.
Ust. Farid yang tadinya duduk pun mulai berdiri. Beliau mengatakan, “Saya tahu, itu adalah risalah yang ditandatangani oleh perwakilan Negara-negara Dunia di Yordan, dan yang memprakarsai penandatangan itu adalah orang-orang Syiah” jelasnya dengan nada tegas.
“Itu (Risalah Aman) cuma politik yang dibuat orang-orang Syiah dan hasilnya selalu merugikan ummat Islam, sebagaimana terjadi di Irak, Iran dan lain sebagainya” tambah dai yang juga direktur yayasan Islamic Center Al Islam Pondok Gede, Bekasi, tersebut, seraya menyebutkan ulama-ulama Syiah yang memprakarasai kesepakan Risalah Aman itu.
Mendengar penjelasan itu, ia menyampaikan berbagai argument dan alasan untuk mematahkan argumen Ust. Farid. Melihat suasana memanas, Ust Farid pun menyela, “Sebentar, sebentar, anda syiah apa suni?” tanyanya. “Saya Syiah Jakfariyah” jawab Jama’ah tersebut dengan tegas dan di saksikan jama’ah yang hadir. Kemudian, Ustad yang sering dikenal dengan Farid Okbah itu melanjutkan pertanyaannya, “Rukun iman anda berapa?”. “Ada tiga” jawabnya kebingungan.
Mendengar jawaban pengakuan tersebut, Jama’ah yang sebagaian besar warga komplek pun gaduh dan kericuhan pun hampir terjadi. Panitia segera menenangkan situasi dan meminta penanya untuk duduk.
Beberapa hari sebelum hari H kajian, berbagai upaya provokasi dilakukan sejumlah oknum untuk memboikot kajian membongkar kesesatan Syiah yang baru pertama kali diadakan di masjid itu. Berbagai tekanan dari ketua RW, RT dan pihak petugas keamanan komplek pun dialami panitia selama persiapan acara yang rencananya digelar besar-besaran tersebut.
Provokasi dari pesan singkat (SMS) juga dilancarkan untuk mendesak acara tersebut batal. Di antara isi SMS provokasi yang sampai ke redaksi kiblat.net sebagai berikut:
“Mohon dukungan sms dan kirim ke Pak RW utk melarang masuknya tokoh radikal Farid Okbah ke BAI-Sakura Regency dalam kajian sektarian kilas balik ajaran syiah, anti Kristen pada Pengajian duha Minggu, 29 Sept 2013. Kajian tersebut melanggar hak-hak konstitusional warga, meresahkan dan bertentangan dengan Pancasila, UUD 45, dan Bhinneka Tunggal Ika. Baca Undangan dan makalahnya yang diedarkan DKM Baiturrahman”
Dengan ijin Allah, akhirnya acara tersebut berjalan dengan lancar meskipun diliputi ketegangan. Bahkan, pihak pantia menyewa jasa keamanan kepolisian untuk mengawal Ust. Farid, menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Sementara itu, pembicara kedua banyak menyampaikan pengalamannya selama menjadi relawan di Suriah. Ia menceritakan bagaimana kekejaman rezim Syiah Nushairiyah terhadap warganya yang mayoritas Ahlu Sunnah tersebut.
Sejatinya, kajian tersebut merupakan kajian Dhuha yang sering digelar DKM masjid Baiturrahman setiap hari Ahad. Namun, kajian kali ini tampak berbeda dengan mengambil tema ‘Bahaya Kesesatan Syiah’. Pihak panitia sebenarnya menginginkan acara tersebut menjadi acara tabligh akbar. Namun, berbagai tekanan yang dialami, pantia akhirnya menjadikan acara tersebut sebagai acara kajian Dhuha biasa.

Reporter : Sulhi
Editor       : Hunef

Sumber : (kiblat.net)

Hukum Rokok Herbal

Written By fulan bin fulan on Kamis, 26 September 2013 | 19.43

Oleh Dr Ahmad Zain An Najah



Sekarang ini, banyak bermunculan rokok jenis herbal yang konon mengandung banyak manfaat bagi kesehatan, dan tidak memberikan dampak negatif bagi para perokok. Pertanyaannya adalah apa hal itu sudah teruji dan terbukti secara empiris dan medis? Seandainya hal itu benar, lantas apa hukumnya mengkomsumsi rokok herbal? Apakah tetap haram sebagaimana hukum mengkomsumsi rokok non herbal?  Tulisan di bawah ini menjelaskan hal tersebut.
Pengertian Rokok Herbal
Rokok Herbal adalah sebuah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm yang berisi ramuan tembakau dan beberapa bahan aktif yang memiliki zat dan efek farmakologi yang bermanfaat untuk tubuh. (rokokherbal.com)
Dalam rokok non herbal ditemukan bahwa zat kimia yang dikandung asap rokok tersebut, menyimpan lebih dari 4000 elemen senyawa kimia, sebagian besarnya merupakan zat yang berbahaya bagi kesehatan tubuh, terutama apa yang disebut dengan Tar dan Nikotin.
Di dalam Rokok Herbal terdapat ramuan yang diolah menjadi bahan campuran tembakau pilihan. Campuran inilah yang diklaim mampu menetralkan kandungan Tar dan Nikotin. Ramuan ini juga bermanfaat untuk melancarkan peredaran darah, membersihkan racun dalam tubuh terutama pada saluran pernafasan, tenggorokan dan paru-paru.
Bahan campuran ini memiliki komposisi alami yang tidak menimbulkan efek ketergantungan seperti yang sering dijumpai di produk-produk lainnya. Begitupun dengan kandungan Nikotin yang terdapat di dalam Rokok Herbal dinyatakan sangat rendah. Katanya, hasil uji Laboratorium resmi menunjukkan fakta presentase kandungan Nikotin dalam produk Rokok Herbal sangat rendah bahkan hampir mencapai 0%, sedangkan hasil uji laboratorium untuk nilai Tar dalam Rokok Herbal menunjukkan angka yang tinggi. Tingginya angka Tar dalam produk Rokok Herbal ini bukan diukur berdasarkan berat material asap rokok serta kandungan racun yang terdapat dalam Rokok Herbal, seperti standar pengukuran internasional, melainkan diukur dari kandungan herbal yang menjadi komposisi baku Rokok Herbal itu sendiri.
Hukum Rokok Herbal
Sebelum menentukan hukum mengkomsumsi rokok herbal, perlu dijelaskan beberapa hal di bawah ini:
Pertama: Rokok herbal yang sementara ini diklaim oleh sebagian orang tidak menimbulkan efek negatif sama sekali, ternyata belum semuanya benar, karena terbukti secara ilmiyah bahwa rokok herbal masih menyisakan beberapa hal yang bisa mengganggu kesehatan. Hasil uji analisis laboratorium tetap menganggap keberadaan rokok herbal memiliki dampak tidak baik bagi tubuh. Apalagi, kualiti kontrol kadar tar dan nikotin yang tidak jelas untuk setiap produksi rokoknya.
Walaupun terdiri atas berbagai bahan herbal yang bermanfaat bagi tubuh, keberadaan radikal bebas dari rokok tetap ada. Ini jelas membahayakan karena radikal bebas bisa menyebabkan kegagalan metabolisme tubuh.

Teknologi terbaru telah menemukan cara menghilangkan radikal bebas dari rokok. Yaitu, sebagaimana dikembangkan di negara Jepang, menggunakan sakrul atau arang yang dibakar dan diletakkan dekat filter pada rokok. Namun, teknologi ini tidak digunakan pada rokok herbal sehingga selain kebermanfaatan yang dimilikinya, rokok herbal tetap mempunyai dampak negatif seperti rokok nonherbal.  (anneahira.com)
Jika dampak negatif rokok herbal bagi kesehatan tubuh masih ada, maka harus dihindarkan.  Di dalam kaidah fiqhiyah disebutkan:
“Tidak boleh menimbulkan bahaya dan tidak boleh menyebabkan bahaya bagi orang lain”
Kedua: Sebenarnya rokok bukan sekedar kandungan materi di dalamnya, tetapi juga menyangkut gaya hidup. Bisa saja suatu produksi materi atau kandungannya halal, tetapi menjadi haram atau makruh karena faktor lain. Seperti berhala, mungkin saja materinya halal, karena terbuat dari batu yang bersih, tetapi menjadi haram karena dijadikan sesembahan selain Alloh. Pakaian khusus untuk wanita, bahannya dari kain yang bersih dan halal, tetapi menjadi haram jika dipakai oleh laki-laki. Pakaian-pakaian yang menjadi seragam khusus orang-orang kafir  atau menjadi ciri khas mereka, mungkin saja terbuat dari bahan yang halal, tetapi menjadi haram jika dipakai oleh orang-orang yang beriman, karena mereka dilarang untuk menyerupai orang-orang kafir.
Rokok herbalpun demikian, jika memang terbukti bahwa rokok tersebut tidak mengandung efek negatif bagi kesehatan tubuh, bahkan katanya bermanfaat, maka tetap saja hukumnya menjadi makruh atau haram, karena akan mengubah gaya hidup seseorang dan berpengaruh jelek bagi penghisapnya, khususnya jika masyarakat awam belum mengetahui adanya jenis rokok herbal  tersebut. Jika seorang ustadz senior yang selama ini terkenal dengan alim, zuhud, berwibawa tiba-tiba merokok dengan rokok herbal di depan umum, bagaimana tanggapan para penuntut ilmu, santri dan anggota majlis-majlis taklim?
Ketiga: Para produsen rokok telah membuat iklan yang besar dan dengan biaya yang begitu mahal, itu semua hanya untuk mengenalkan kepada masyarakat bahwa merokok adalah tanda kegagahan, keberanian, serta kejantanan. Seakan-akan orang-orang yang kuat dan pemberani hanyalah orang-orang yang merokok sedangkan orang-orang yang tidak merokok adalah orang-orang yang banci, penakut dan lemah. Padahal rokok sama sekali tidak membuat seseorang menjadi pemberani dan tangguh. Singkatnya bahwa merokok bisa membuat seseorang menjadi sombong, congkak dan angkuh serta merasa paling kuat dan jagoan. Iklan-iklan tersebut sedikit banyak mempengaruhi cara berpikir masyarakat terhadap rokok.
Para produsen rokok herbalpun sedikit banyak telah terpengaruh dengan  iklan-iklan tersebut. Paling tidak dengan produksi rokok herbal tersebut  mereka membidik pasaran yang lebih luas dengan memanfaatkan iklan-iklan tersebut. Dan secara tidak sadar, walaupun rokoknya sudah diganti dengan rokok herbal, tetapi sifat-sifat yang sering melekat pada para perokok seperti yang disebutkan di atas, belum sepenuh berganti dan hilang, atau bahkan sama sekali tidak berubah.
Kesimpulan:
Dari keterangan di atas, bisa disimpulkan bahwa rokok herbal belum sepenuhnya bebas dari efek-efek negatif yang mempengaruhi kesehatan. Sebagian kalangan masih meragukan hal tersebut. Oleh karenanya sebaiknya, seseorang tidak tergesa-gesa untuk mengkonsumsinya atau mencobanya, hendaknya tetap hati-hati terhadap rokok herbal ini. Seandainya telah terbukti khasiatnya dan bebas dari efek-efek negatif yang membahayakan tubuh, maka juga harus dihindari gaya hidup yang sering dilakukan oleh para perokok seperti sifat sombong dan angkuh, maka jangan sekali-kali merokok di depan umum, karena akan membawa fitnah bagi anda dan kaum muslimin. Wallohu A’lam.

Sumber : (arrisalah.net)

Sepanjang Jalan Aku Mengenal Cinta…

Oleh   : Khoirul Insan
Cobalah Sejenak memejam mata akan Kehidupan ini yang penat, yang tampak semua berlalu begitu cepat, hingga terpikir kah apa yang telah kita dapat, sampai kita terenyuh berjuta pertanyaan apa yang telah kita berbuat? Sudahkah kita menjadi sesuatu yang bermanfaat?
kita tentu punya Berjuta alasan untuk terus bertahan, Berjuta harapan untuk terus melangkah ke depan, Berjuta mimpi untuk terus melampaui setiap tepi, seperti hal terang nya pagi yang selalu mengisyaratkan untuk selalu  berbagi. tentu kita memiliki CINTA di hati sebagai tanda kuasa dari Sang illahi, Allah.SWT.
jika kita membahas cinta, yang Pasti tak akan pernah ada habisnya. meski terurai kan panjang lebar, meski terjabarkan A sampai dengan Z, tak kan pernah bisa tergambar kan oleh apa pun setiap episode yang di rasakan. Sedang Allah.SWT Berfirman dalam Q. s Al Hujurat : 7
“Dan ketahuilah olehmu, bahwa di kalangan kamu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti (kemauan) kamu dalam beberapa urusan, benar-benarlah kamu akan mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan, dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu, serta membuat kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus, “- (QS.49: 7)
hanya kemauan mu atau kah Cinta-Nya?
inilah sepanjang jalan aku mengenal Cinta…
Bak perjalanan yang membuat semua orang tersentuh seperti halnya hati yang terus bergemuruh, namun seakan lupa terkadang pun membuat lumpuh. Ibarat sebuah perjalanan pada Rute-Nya. sedang kita senantiasa di ingatkan selalu oleh Allah.SWT untuk terus meminta dalam Q.S Al-Fatihah(“Tunjukilah kami jalan yang lurus”) dan : 
Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S 3 : 31).
Coba deh bayangkan betapa banyak jutaan Milyar lebih manusia di muka bumi ini, berapa banyak puluhan lebih permintaan dari masing-masing insan. Bayangkan mereka dan semua permintaan mereka di kumpulkan semua dalam 1 rute jalan. Tentu betapa padatnya bukan? Betapa penuhnya kita semua? membuat tampak seperti semuanya  berjalan lambat. Lantas kita sering bertanya-tanya “ kenapa tidak cepat terkabul doa ku?, kenapa aku begini, sedang mereka begitu? mengapa tak kunjung tiba apa yang aku harap-harapkan?
Yang lebih aneh lagi mereka yang mendekati Makhluk yang padahal mereka sama-sama sedang terhambat sambil bilang ( Tenang Sayang, aku akan selalu ada di sampingmu , hehe), dari pada mendekati Allah.SWT Sang Khalik Sang Pengatur jalannya kehidupan. yang Dalam firman-Nya Allah.SWT selalu berucap :
 وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ
“Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya” [QS. Qaaf : 16].
Tapi Allah.SWT hanya meminta mu sabar, Allah.SWT hanya ingin hendak menguji mu sebagai tanda Cinta -Nya kepada mu. Sedang kita sering tak tegar dalam sabar. ada yang mendzholimi diri nya sendiri dan orang lain, melanggar rambu-rambu yang sudah Allah.SWT tetapkan, mengambil jalur alternatif  yang salah,  melawan arus jalan dari yang di inginkan-Nya. hanya karena ingin segera memenuhi kemauan kita sedang kita tak pernah memahami adakah Cinta-Nya di selipkan untuk kita.
Jadi ingat Mantra anak-anak Pesantren Madani dari Novel Ahmad Fuadi ‘ Man Saara ala darbi Washala ‘.( Siapa yang berjalan di jalan Nya akan sampai). maksudnya siapa saja yang terus mengikuti jalan untuk menggapai tujuannya pada akhirnya akan sampai pada tujuannya ( dengan izin Allah.SWT tentunya ).
Cinta kita memang seharusnya bagai Rantau 1 Muara. Sebagai mana alirnya bagai sungai yang mendambakan samudera, yang kita tahu pasti kemana kan kita semua bermuara…
Bersyukurlah kepada Allah.SWT yang masih mengizinkan menapaki cinta di jalan-Nya, berlindunglah kita dari cinta yang melalaikan dan memalingkan kita dari-Nya.
Sepanjang jalan aku mengenal cinta, ia mendekatkan mu bukan menjauhkan dari-Nya.
Sepanjang jalan aku mengenal cinta, ia meninggikan mu bukan merendahkan mu.
Sepanjang jalan aku mengenal cinta, ia membukakan mata mu bukan menutup mata mu.
Sepanjang jalan aku mengenal cinta, ia membangunkan mu bukan menjatuhkan mu.
Sepanjang jalan aku mengenal cinta, ia memuliakan mu bukan menghinakan mu.
Sepanjang jalan aku mengenal cinta, ia membahagiakan mu di dunia dan menyelamatkan mu di akhirat.
Sepanjang jalan aku mengenal cinta…

Sumber : (eramuslim.com)

Sang Pencuri dan Yang Dicuri

Seekor burung mahal jenis merpati pos tampak gelisah dalam sebuah sangkar besi nan indah. Tubuhnya yang elok mulai terlihat lemas. Dalam dua hari ini, ia memang tidak mau makan.
Sang merpati yang telah menjuarai beberapa turnamen dunia ini, mulai dari kecepatan terbang hingga ketepatan target tujuan hinggap, yakin benar kalau tuan barunya yang dua hari ini memberinya makan, bukanlah tuan yang sebenarnya. Ia yakin dirinya telah dicuri.
Karena itulah, senikmat dan semahal apa pun makanan yang ditawarkan, ia tetap tidak mau makan. Sang merpati pintar ini yakin, menikmati makanan dari orang yang telah mengecewakan tuannya yang asli, berarti mengkhianati sang tuan yang telah menyayanginya dengan penuh cinta.
Namun, si pencuri tidak pernah marah dengan penolakan itu. Ia ambil lagi makanan yang belum disentuh itu, untuk kemudian diganti dengan makanan yang baru, yang lebih segar, dan lebih nikmat. Sang pencuri pun tidak lupa membersihkan kandang merpati dengan penuh hati-hati.
Begitulah hari-hari yang dilalui oleh sang pencuri kepada merpati curiannya. Sesekali, dengan penuh kelembutan, jari tangan sang pencuri membelai-belai bulu kepala merpati. Sungguh suatu perlakuan yang melebihi apa yang diterima si merpati dari tuannya yang asli.
Ketika lapar yang tidak lagi bisa ditahan, sang merpati akhirnya mencicipi makanan sajian tuan barunya itu. “Aih, lezatnya makanan ini. Baru kali ini aku merasakan makanan senikmat ini,” ucap sang merpati sambil terus memakan sajian yang ada di sangkarnya.
Keesokannya, sang merpati kembali menikmati sajian tuan barunya. Kali ini ia tidak lagi ragu untuk menikmatinya. Perasaan buruknya tentang siapa tuan barunya itu mulai sirna. Tubuhnya pun sudah mulai segar dan bugar. Sayapnya yang pernah rusak, kini kembali normal seperti sebelumnya.
**
Jika seseorang berada dalam keheningan muhasabahnya. Mungkin ia bisa merasakan bahwa begitu banyak ‘pencuri’ yang sangat dekat dalam keseharian kita. Ada ‘pencuri’ yang berkedok karir, ada yang berkedok demi masa depan, ada yang demi isteri dan anak-anak, ada yang berlabel demi maslahat yang lebih besar, dan lain-lain.
Tampilan kelembutan dan kebaikannya yang begitu mempesona, lambat laun mengurangi kejernihan timbangan batin kita. Suatu saat, seseorang tidak lagi bisa membedakan mana yang sebenarnya sebuah kebenaran dan mana yang kebatilan. Mana yang memperbaiki dan mana yang merusak. Dan bahkan, mana Tuan Besar yang telah memberinya kehidupan, dan mana tuan-tuan kecil yang justru mencuri nilai-nilai kehidupannya. 

Sumber : (eramuslim.com)

Bahasa Isyarat

Written By fulan bin fulan on Senin, 23 September 2013 | 22.35

Suatu malam di sebuah rumah, seorang anak usia tiga tahun sedang menyimak sebuah suara. “Ting…ting…ting! Ting…ting…ting!” Pikiran dan matanya menerawang ke isi rumah. Tapi, tak satu pun yang pas jadi jawaban.
“Itu suara pedagang bakso keliling, Nak!” suara sang ibu menangkap kebingungan anaknya. “Kenapa ia melakukan itu, Bu?” tanya sang anak polos. Sambil senyum, ibu itu menghampiri. “Itulah isyarat. Tukang bakso cuma ingin bilang, ‘Aku ada di sekitar sini!” jawab si ibu lembut.
Beberapa jam setelah itu, anak kecil tadi lagi-lagi menyimak suara asing. Kali ini berbunyi beda. Persis seperti klakson kendaraan. “Teeet…teeet….teeet!”
Ia melongok lewat jendela. Sebuah gerobak dengan lampu petromak tampak didorong seseorang melewati jalan depan rumahnya. Lagi-lagi, anak kecil itu bingung. Apa maksud suara itu, padahal tak sesuatu pun yang menghalangi jalan. Kenapa mesti membunyikan klakson. Sember lagi!
“Anakku. Itu tukang sate ayam. Suara klakson itu isyarat. Ia pun cuma ingin mengatakan, ‘Aku ada di dekatmu! Hampirilah!” ungkap sang ibu lagi-lagi menangkap kebingungan anaknya. “Kok ibu tahu?” kilah si anak lebih serius. Tangan sang ibu membelai lembut rambut anaknya.
“Nak, bukan cuma ibu yang tahu. Semua orang dewasa pun paham itu. Simak dan pahamilah. Kelak, kamu akan tahu isyarat-isyarat itu!” ucap si ibu penuh perhatian. **
Di antara kedewasaan melakoni hidup adalah kemampuan menangkap dan memahami isyarat, tanda, simbol, dan sejenisnya. Mungkin, itulah bahasa tingkat tinggi yang dianugerahi Allah buat makhluk yang bernama manusia.
Begitu efesien, begitu efektif. Tak perlu berteriak, tak perlu menerabas batas-batas etika; orang bisa paham maksud si pembicara. Cukup dengan berdehem ‘ehm’ misalnya, orang pun paham kalau di ruang yang tampak kosong itu masih ada yang tinggal.
Di pentas dunia ini, alam kerap menampakkan seribu satu isyarat. Gelombang laut yang tiba-tiba naik ke daratan, tanah yang bergetar kuat, cuaca yang tak lagi mau teratur, angin yang tiba-tiba mampu menerbangkan rumah, dan virus mematikan yang entah darimana sekonyong-konyong hinggap di kehidupan manusia.
Itulah bahasa tingkat tinggi yang cuma bisa dimengerti oleh mereka yang dewasa. Itulah isyarat Tuhan: “Aku selalu di dekatmu, kemana pun kau menjauh!”
Simak dan pahamilah. Agar, kita tidak seperti anak kecil yang cuma bisa bingung dan gelisah dengan kentingan tukang bakso dan klakson pedagang sate ayam. (mn)

Sumber : (eramuslim.com)
 
Copyright © 2007. fulan Bin fulan
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger